Cantik Luar Dalam, Serial NI


Cantik Luar Dalam, Serial NI

13 September 2012 pukul 18:43
Untuk kalian semua, yang pernah bermimpi jadi Bidadari Syurga, saat di Panjara Suci.

Pesaguan, 8 Juli 2012

Untuk Istriku, yang selalu bertanya-tanya tentang Bidadari Syurga.

“Cantik Luar Dalam”
Terkadang, aku keterlaluan dalam berpikir, muncul begitu saja, tanpa ada alasan yang kuat. Begitulah, aku terus berpikir untuk bisa masuk ke Asrama puteri, satu-satunya tempat yang belum aku pijak selama di ‘Penjara Suci’. Keinginan itu muncul saat aku esemu tingkat dua. Bukan, bukan berarti aku tak mengenal bangunan itu, aku sangat paham karena bangunan asrama putera dan asrama puteri sama persis luar dalamnya, bangunan dengan ruang-ruang memanjang, lalu tempat tidur bertingkat yang disusun berderet, seperti barak-barak rumah sakit kelas ekonomi. Ya anggap sajalah aku ingin study banding ke sana, jangan tanya soal rapi dan bersih, sepertinya anak laki-laki terlalu buruk dalam hal ini. Lantai asrama kurang bersih (padahal sudah ada yang piket), seprei yang tak pernah diganti (padahal sudah dibolak-balik), sarung bantal tak pernah di cuci (padahal sudah membentuk kepulauan Indonesia), kaus kaki sudah sebulan pakai di selundupkan ke bawah bantal (ada yang bilang itu jimat, hehe), ah sudahla, yang pasti kami bukan seperti itu semuanya (pembelaan). Belum lagi soal rahasia mereka, aku akan ke sana mencari tahu, soal kenapa mereka bisa mandiri, bertahun-tahun bertahan di penjara suci, padahal mereka makhluk ‘cengeng’, kenapa mereka pintar, kenapa mereka cantik, nyaman di pandang mata, kenapa mereka menjadi makhluk pilihan (karena suatu saat syurga di bawah telapak kaki mereka), kenapa, kenapa, kenapa mereka menjadi makhluk yang paling sering di bahas (sampai-sampai ada nama surah annisa). Ah aku semakin tertarik masuk ke sana, mengacak-acak tempat tidur mereka (bercanda), membongkar perkakas-perkakas di bawah tempat tidur mereka (yang ini juga bercanda), memastikan apa mereka punya bantal-bantal yang ada pulau-pulau-nya juga (yang ini serius).

Akhirnya kesempatan itu datang, aku sangat bersemangat, ceritanya asrama puteri (Atikah) ada sedikit gangguan, sering terjadi hubungan arus pendek (konsleting) setiap menyalakan lampu. Nah sudah tentu minta bantuan kami, aku sebetulnya tak ahli-ahli amat soal listrik, aku numpang ikut bantu, tentu ‘menyelam sambil minum air’. Pada sore hari yang sudah ditentukan, berangkatlah aku dengan Alins (ia yang ahli soal listrik), di depan asrama puteri sudah menunggu perwakilan mereka yang punya hajatan. Kami berjalan bak pahlawan ke-sore-an (hehe), beberapa pasang mata mengawasi langkah-langkah kecil kami, dan itu sudah lazim, apalagi mereka baru pertama kali melihat dua pegawai PLN memasuki sarang mereka.
“ayo silahkan”, kami dipersilahkan masuk setelah menunggu beberapa saat di depan pintu utama asrama. Kami langsung menuju tingkat dua melewati anak tangga, sepertinya ruangan atas yang bermasalah, di depan ruangan (atikah 2 atau 3, pokoknya sebelah kiri dari tangga) kami menunggu lagi, dan lebih lama sedikit daripada di pintu utama, karena inilah ruang pribadi mereka. Memang betul, suasananya lebih adem, bersih, dan ada wangi yang lembut melintasi hidung yang tak tahu darimana sumbernya.

“sudah kak”, terdengar suara kecil dari dalam, aba-aba kalau kami sudah boleh masuk. Setelah dibukakan pintu, kami masuk perlahan, dan segera di tunjukkan dua titik yang menjadi masalah, tempat colokan dekat pintu masuk dan sarang (gantungan) lampu deret ke-dua dari pintu masuk. Alins bergerak cepat, memutuskan arus, lalu membongkar colokan yang ada bekas terbakarnya itu. Aku tidak tinggal diam, aku persiapkan selotip dan pisau lipat, sambil pandangi seluruh ruangan, dari sudut ke sudut, dari atas ke bawah, dari tempat tidur yang satu ke tempat tidur lainnya. Sungguh luar biasa, indah dan rapi, seprei bersih terik, tanpa acak-acakan, tak ada gantungan aneh-aneh di ranjang tempat tidur, buku-buku tertata rapi.
Sekejap saja masalah pertama selesai, tinggal sarang lampu (gantungan), berita baiknya kami tak perlu repot-repot cari tangga tuk capai langit-langit kamar, kami di-izinkan naik ranjang tempat tidur mereka. Ini baru benar-benar durian runtuh, aku akan acak-acak sepreinya, loncat-loncat di kasur, memeriksa bantal-bantal, berguling-guling di kasur, tapi sayang itu semua hanya terjadi dalam pikiran-ku saja. Kami naik ke ranjang tingkat dua, membongkar sarang lampu yang rusak, memperbaiki kabel yang konslet. Dan tiba-tiba dari dalam tubuh-ku bergetar hebat, rasanya seperti tersengat, menyentak seperti terkena strum arus kecil , membuat detak jantung tak beraturan. Bukan karena aku tersengat arus listrik, bukan itu, hanya saja mata-ku tak sengaja melihat tulisan di kertas yang ditempel di dinding, arah kepala tempat tidur, tulisannya tidak besar juga tidak kecil karena dapat dibaca jelas, terdiri dari tiga kata, dibawah tulisan itu di garis dengan pewarna (mungkin stabillo), di setiap sudut-sudut kertas ada gambar bunga kecil yang tak jelas bentuknya, tulisan yang menarik seluruh perhatian dan pikiran-ku;

“CANTIK LUAR DALAM”

Ah, kata-kata yang dalam maknanya, bukankah cantik luar dalam itu yang paling indah, mereka cantik, mereka juga berusaha cantik dari dalam, hatinya, tempat tinggalnya, tempat tidurnya, bantal-bantal-nya. Mereka punya senyum paling cantik dari luar, di dalamnya mereka juga punya senyum yang jauh lebih cantik. Kata-kata yang hebat, seperti sihir kemanapun mereka berada. Sepertinya aku sudah menemukan rahasia mereka, rahasia menuju posisi paling mulia kelak, Bidadari syurga. Aku tak perhatikan lagi Alins yang sibuk memasang kembali sarang lampu, aku langsung jauh ber-andai-andai, aku akan mencari dan menikahi perempuan yang seperti ini, kelak kalau aku punya anak perempuan, aku akan menceritakan rahasia ini, Cantik Luar Dalam.


Salam Rindu

by: Abdul Azis Parlindungan Siregar, S.Hut
(sepupuku-teman sekolah SD-SMA) https://www.facebook.com/notes/abdul-azis-parlindungan/cantik-luar-dalam-serial-ni/10151176997553738

Komentar