We Are The Future (Sosok Pelajar Idaman)

We Are The Future (Sosok Pelajar Idaman)

Karakteristik Pelajar (Pemuda)
Dalam  diri pemuda mempunyai karakteristik kritis, dinamis, reaktif, kreatif dan inovatif. Selain itu juga pemuda mempunyai jiwa yang relatif masih bersih dari polusi sekitar, karena mereka masih dalam proses memilih dan memilah hati dirinya untuk cita-cita masa depannya. Hal tersebut semua berpotensi ke arah kebenaran (keimanan) maupun ke arah kejahatan (kebathilan), tergantung apa dan bagaimana sikap dia terhadap input yang masuk padanya, serta di lingkungan mana dia dominan.
1.  Kritis
Para pemuda tidak mudah begitu saja menerima apa yang telah ada secara rutin terjadi di sekelilingnya. Hal itu bisa terlihat dengan sikap kritisnya terhadap apa yang terbiasa dilakukan generasi sebelumnya. Baik dengan cara mempertanyakan mengapa  dan bagaimana hal itu terjadi ataupun dengan cara mengabaikannya sama sekali karena merasa tidak memerlukannya.
Dan juga kecenderungan mereka terhadap sejarah, ada yang mensikapi sebagai berikut : bahan pengetahuan saja (sekedar memuaskan rasa ingin tahunya), mengambil pelajaran supaya tidak terulang (sejarah yang buruk) dan merubah/memperbaiki sejarah.
2.  Dinamis
 Pemuda mempunyai sikap tidak mau/betah terhadap kestatisan, kejumudan maupun kemapanan. Pemuda lebih suka terhadap perubahan, baik itu perbaikan maupun penghancuran. Mereka senantiasa ingin bergerak, mengalir laksana air tidak tinggal diam karena ditunjang oleh emosi dan semangat dan bergelora.
3.  Reaktif
Seperti halnya teori aksi dan reaksi, para pemudalah yang mempunyai kepedilian (reaksi) terhadap aksi yang terjadi pada lingkungan sekitarnya baik dalam arti positif maupun dengan pengertian negatif.  Terhadap hal-hal yang bersifat ajakan, cegahan, pelanggaran maupun dukungan, bahkan sebagai ujung tombak kepedulian. Ini terjadi karena secara fisik masih kuat dan tingkat emosinya tinggi.
4.  Kreatif dan inovatif
Disamping itu pemuda senang pada sesuatu yang baru baik dari cara maupun isi, yang haq maupun yang bathil, tergantung kecenderungan dirinya ke arah mana ia berjalan. Mereka kreatif untuk mewujudkan konsep/kaidah-kaidah yang diyakininya, dan juga daya inovasinya tinggi untuk memperbaiki kreasi-kreasi yang telah ada sebelumnya. Mereka tidak kering dengan ide-ide segar untuk mewujudkan konsep/kaidah yang diyakininya tersebut, baik itu bersifat positif maupun negatif.
Karena pemuda masih dalam proses memilah dan memilih mana yang baik untuk dirinya, maka mereka terkadang plin-plan, kemana angin bertiup mereka ikut, (contoh : trend). Daya seleksi mereka tergantung dari lingkungan yang berada di sekitarnya, wawasan/pengetahuan yang dipunyainya, maupun kecenderungan moral yang biasa dengannya. Akan tetapi ketika telah menjatuhkan pilihannya mereka akan tegas mempertahankan keyakinannya. Mereka termasuk tahan banting terhadap resiko yang dihadapi; ketika sudah memilah dan memilih apa yang ia yakini dan harus diperjuangkannya.
Selain itu dalam diri pemuda pula terdapat berbagai potensi yang pada usia tersebut sedang klimaks, yaitu :
1.  Hamasah (semangat)
      Dengan semangatnya Thomas Alfa Edison muda berhasil membuat penemuan besar. Dan dengan semangat dan keberanian pula pemuda masa lalu menggalang persatuan Nusantara dengan Sumpah Pemuda dan ngotot minta Soeharto dan Hatt segera melakukan Proklamasi. Begitu pula ketika Reformasi 28 Mei 1998.
2.  Quwwatul Jasad (kuat fisiknya)


3.  Qolban Saliman  (masih bersih hatinya)
      Pemuda adalah sosok yang polos, jujur, jernih dan tajam nuraninya, belum terlalu banyak dikotori oleh ambisi dan pikiran-pikiran culas. Sehingga jujur  dalam menyatakan kebenaran dan mengkritik kebathilan.
4.  Aqlan Dzakkiyan (cerdas akalnya)
      Usia pemuda (pelajar) adalah usia yang sangat tepat untuk mempelajari segala ilmu penetahuan. Pada usia ini ingatan seseorang masih kuat, pikiran masih tajam, kreatif, dan inovatif. Maka benarlah jika ada pepatah mengatakan, Belajar di masa muda bagai melukis di atas batu, belajar di masa tua bagai melukis di atas air.

Kondisi dan Lingkungan Pemuda

Jika kita memandang pada kondisi yang ada dewasa ini, di tengah derasnya arus globalisasi dan informasi, terlihat bahwa para pemuda tidak terarah pada tugas dan tanggung jawab yang ada pada pundaknya sebagai generasi yang kelak akan melanjutkan kehidupan masa depan, seharusnya selektif dan teliti terhadap arah dan dampak dari arus globalisasi tersebut.
Perhatian sebagian pemuda saat ini sudah tidak berorientasi kepada suatu usaha untuk menciptakan kondisi masyarakat yang mengindahkan kebenaran dan kebaikan, baik karena kondisi pribadi maupun karena rekayasa. Hal tersebut tidak hanya melanda pemuda-pemudi non muslim tapi juga sangat berdapak pada pola hidup pemuda-pemudi muslim.
Fenomena ini sangat gamblang terlihat pada saat kita menyaksikan betapa antusiasnya pemuda-pemudi muslim untuk hadir dalam setiap acara-acara yang jelas merupakan usaha untuk menjauhkan umat muslim dari pola hidup Islami.
            Saat ini generasi muda disibukkan dengan film-film amoral, cerpen percintaan (picisan), pornografi (film, gambar, bacaan, pakaian, internet, dll), lagu-lagu yang melalaikan, frustasi, dan cengeng. Mengagumi artis yang berpenampilan glamour dan bermoral bejad, pecandu makanan/minuman terlarang. Dan kondisi-kondisi lain yang menipu, maupun penipuan-penipuan yang dilakukan secara sistematis dan terselubung.
            Tema-tema remaja yang berisikan tentang sex, song, sport terasa mempunyai daya magnet tersendiri terhadap kehidupan remaja, tanpa terasa pemuda muslim berkerumum di sekelilingnya, tak ubahnya seperti laron-laron yang berkerumum di lampu neon yang sebenarnya justru membahayakan dirinya.
            Kita harus sadar bahwa sebagian dari kita tertipu oleh lingkungan yang hanya terlihat secara lahir saja tetapi di dalamnya banyak hal yang melalaikan bahkan bejad.
            Penyelewengan melanda di sekitar kita, termasuk pada keindahan/seni, fun, dan sport (olah raga) yang diselewengkan. Memang kita harus akui bahwa seni merupakan bagian dari keindahan atau justru keindahan itu adalah seni.
Hasil karya apapun, aspek keindahan/estetika/seni menjadi penentu dalam hal kesempurnaannya. Akan tetapi dunia seni sekarang bermakna rancu, dengan slogan “seni untuk seni” dijadikan alat bagi para seniman untuk berkelit dari seni-seni amoral. Misal : eksploitasi wanita telanjang sebagai obyek seni, tari-tarian erostis, syair-syair yang merangsang birahi, atau bahkan merongrong ke-Esaan Alloh SWT.
Kita juga bisa melihat kepada aspek sport yang kita terasa ternyata adalah media pamer aurot yang sebenarnya dengan pakaian layak pun tidak mengurangi keleluasaan bergerak.
Juga dalam bidang sosial, penyelewengan anti kebebasan dan sebuah kebinalan, pelestarian kebudayaan sebagai bungkus dari pelestarian norma-norma anti agama, dan penyelewengan ke-Maha Esaan Alloh SWT (kemusyrikan).
Dan juga penyelwengan bahasa, dari kata “demi kepentingan orang banyak” sebagai ganti kata keserakahan, kekuasaan untuk dirinya dan lain sebagainya.
Dalam kondisi pintu kejahatan (kebathilan) terbuka lebar dan kebenaran (keimanan) tertutupi kabut seperti itulah, para pemuda muslim hidup di lingkungan sekitarnya.

Bagaimana Pemuda Muslim Bersikap

Dengan karakteristik kepemudaan yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya dan dengan tantangan kondisi dan lingkungan yang dihadapi oleh kita para pemuda muslim, maka selayaknyalah kita mawas diri terhadap sisi maka kita akan berpihak.

Pemuda Sebagai Generasi Penerus

Setiap keyakinan, setiap pola hidup, setiap konsepsi, setiap budaya selalu berkeinginan untuk terus menerus senantiasa hidup. Keinginan ini akan tampak dalam bentuk kekhawatiran generasi tua, apakah nilai-nilai yang mereka miliki akan diwarisi oleh generasi mudanya. Berkaitan dengan pewarisan nilai-nilai tersebut, maka pemuda akan menolak jika yang diwariskan itu nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai keimanan dan keislaman. Sebagaimana Ibrohim menolak untuk menyembah berhala buatan ayahnya.
Ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada Bapaknya, “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun ?” (QS. Maryam (19):42)
Ibrohim mengetahui bagaimana membuat berhala, ia juga tahu motivasi ayahnya membuat berhala semata-mata hanya motivasi ekonomi, dan Ibrohim tahu persis mengapa Namruz mengajarkan penyembahan berhala kepada kaumnya.

Pemuda Sebagai Generasi Pengganti

Dalam setiap perubahan yang ada di dunia ini selalu diawali dan digerakkan oleh para pemuda. Perubahan bisa menjurus ke arah kebenaran (keimanan) dan kesesatan. Islam memang memandang pemuda sebagai manusia yang penuh tanggung jawab yang harus melakukan perubahan ke arah kebenaran. Jika pada kenyataannya para pemuda tidak melakukan perubahan ke arah kebenaran, maka Alloh akan mendatangkan pemuda-pemuda lainnya yang lebih baik dengan kriteria sebagai berikut : (QS. An Nisaa 4:54)
-          Alloh cinta kepada mereka, mereka pun mencintai Alloh
-          Bersikap lembut terhadap sesama muslim dan bersikap keras kepada orang kafir
-          Tidak takut celaan orang-orang yang mencela

 

Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu

            Secara fithroh, orang-orang yang lemah akan mencari perlindungan kepada yang lebih kuat. Yang tergolong kepada orang-orang yang lemah antara lain : orang tua, wanita, dan anak-anak. Dan tentu saja kepada pemuda, yang diharapkan untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang pemimpin, pemuda harus mempunyai beberapa persyaratan sebagai berikut :

 

-     Keyakinan (Aqidah) yang Benar

      Artinya bahwa para pemuda yang diharapkan menjadi generasi pembaharu (memperbaiki generasi sebelumnya) haruslah pemuda yang menjatuhkan pilihannya kepada keyakinan (aqidah) yang benar, yaitu aqidah Islamiyyah.
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku (pengabdianku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh Robb semesta alam” (QS. Al An’am (6) : 162)
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahalkamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu benar-benar orang yang beriman (QS. Ali Imran (3) :139)
dengan aqidah (keyakinan) itulah para pemuda menjadikan titik tolak segala tingkah laku dan perbuatannya, arah perjuangannya dan pengorbanan dari resiko yang akan dihadapinya.
-     Pemikiran yang Cemerlang (wadhih)
            Selain dari keyakinan, kematangan operasionalnya pun harus dipersiapkan. Yaitu dengan pola pikir yang cemerlang, jelas berwawasan ke masa depan, terutama ukhrowi dan juga dunia. Sehingga dengan demikian dapat memilah antara pemikiran kebenaran (keimanan) dengan alam pemikiran kejahatan (kebathilan). Jadi nilai-nilai yang haq dan yang bathil jelas terlihat di hadapannya, dan ia dapat mensikapinya bukan mencapuradukkannya.
      “Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedangkan kamu mengetahui” (QS. Al Baqoroh (2) : 42)
Tidak juga mensikapi nilai, hanya sekedar mengikutinya tanpa pengetahuan, dan tidak pula dengan mendiamkannya sebagai konsep belaka tanpa membudayakan pengalamannya. Karena aspek nilai harus ditunjang oleh budaya/lingkungan dan juga ilmu.
“Dan  janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya” (QS. Al Isro’ (17) :36)
Sedangkan budaya  tidak akan timbul  jika tidak ada orang-orang yang memelopori pengamalannya.
Nilai tanpa budaya yang melingkupinya akan terjadi standar ganda terhadap nilai itu sendiri. Baik dengan pengamatan yang hanya sepotong-potong, ataupun akibat ketidakberdayaan kepada kondisi lingkungan yang dihadapi akan terjadi akulturasi nilai-nilai Islam.

-     Akhlaq yang terpuji

      Pembaharu tidak akan memperbaiki keadaan jika akhlaq yang dibawanya atau dilakukannya bertentangan dengan yang aqidah diyakininya. Oleh karena akhlaq merupakan modal yang cukup penting untuk mewujudkan nilai-nilai al-Haq (Islam)
Seseorang yang sudah berinteraksi dengan nilai-nilai Islam haruslah mempunyai kepribadian yang Islami. Seperti halnya akhlaq Rosululloh SAW yang merupakan contoh teladan bagi generasi muslim bahwa sistem hidup ajaran Islam yang utuh dapat diamalkan oleh manusia biasa.
-     Jasad (Fisik) yang Kuat
      Selain faktor-faktor tersebut di atas, tentunya tidak akan berdiri kuat jika tidak ditopang oleh badan yang sehat, fisik yang kuat. Karena kelemahan fisik akan banyak mempengaruhi lancar tidaknya kegiatan yang dilakukan.
“Mu’min yang kuat lebih dicintai Alloh daripada mu’min yang lemah” (Al Hadits)
Oleh karenanya Rosululloh SAW menganjurkan untuk berolah raga, yaitu olah raga berenang, berkuda (mengendari kendaraan), dan memanah (ketangkasan alat),
Di samping untuk menyehatkan fisik juga untuk membiasakan tangkas terhadap alat, perkakas maupun teknologi, juga terlatih untuk mengendarai  kendaraan.
Pemuda dengan segala potensi dan peranan yang diembannya membutuhkan suatu pendidikan dan pembinaan yang mengantarkan mereka kepada pemuda yang berjiwa militan, kuat dan shobar untuk merentas jalan da’wah yang berliku ini guna menegakkan Islam. Sehingga sosok syakhsiyyah islamiyyah yang mantap itu dapat senantiasa harum dan menjadi contoh baik kepada generasi berikutnya, amal sholih yang pahalanya mengalir sepanjang masa. Insya Alloh.

Peran dan Posisi Pelajar Muslim

Dengan segala kelebihan potensi tersebut kita pelajar muslim memiliki peran dan posisi yang strategis yang harus dimainkan, yaitu :
1.      Iron Stock (Cadangan Masa Depan)
2.      Agent of Change (Pelopor Perubahan)
Di tangan pemudalah berbagai perubahan terjadi, dari kemerdekaan bangsa pembangunan negara  hingga kemerosotan moral, adalah pemuda yang paling banyak memiliki peran. Pemuda dengan segenap potensinya bisa jadi peloporan perbaikan umat yang hebat tetap bisa juga menjadi dedengkot penghancuran umat yang dahsyat. Tinggal kita sendiri yang akan menentukan pilihan yang positif atau negatif baik atau buruk, taqwa atau jujur. Maka jangan heran kalau di satu sisi banyak bertebaran da’I muda tetapi di sisi lain banyak sekali pemabuk remaja.

 

Tugas Pelajar Muslim

Untuk dapat berperan dalam posisinya secara benar, tentu saja pelajar muslim harus mempersiapkan diri hal-hal yang harus dipersiapkan, itulah yang menjadi tugas seorang pelajar muslim :
1.   Belajar dan menguasai IPTEK
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan. (Al Hadits).
Hal ini merupakan konsekuensi kita seorang pelajar. Belajar di sini dalam arti seluas-luasnya, maksudnya bukan aktivitas duduk di depan meja, tenang, baca buku malam hari, atau jika perlu sampai pagi hari. Itu pengertian belajar yang sangat sempit sekali. Tujuan belajar itu adalah ilmu bertambah dan paham akan ilmu tersebut. Dengan kata lain, hakikat hidup ini adalah belajar. Mempelajari segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar langit dan bumi ini untuk dikembangkan dan diambil mashlahat dan manfaatnya. Sebagaimana firman Allah
Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS.Ali Imran (3) :190)
2.   Belajar dan Memahami Islam (QS. 3:18, 35:28, 58:11)
Sebagai konsekuensi kita seorang muslim.
Pada dasarnya setiap manusia yang dilahirkan adalah fithrah (Islam), maka ia adalah seorang muslim. Dan konsekuensinya dia harus paham dengan apa yang dianutnya. Dengan demikian manusia harus belajar apa itu Islam dan apa saja yang dikandungnya, yaitu dengan mempelajari Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Karena Islam memandang, bahwa umat Islam akan mengalami kemajuan dan kesuksesan, manakala umat Islam senantiasa merujuk Al Qur’an dan Sunnah Rosul dalam setiap tingkah laku di segala aspek kehidupan. Dan sebaliknya, seorang muslim akan mengalami kemunduran dan kehancuran ketika ia telah meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah Rosul sebagai pedoman hidupnya.
3.   Mengimani Segenap Ajaran Islam (QS. 24:51, 2:165, 3:31, 53:3-4)
Sebagai konsekuensi sebagai seorang muslim yang terpelajar
Tidak sekedar paham Islam saja, karena pahan itu tempatnya di otak dan itu semua butuh diyakini.
4.   Mengamalkan dan menda’wahkan Islam (QS. 103:1-3, 3:110, 2:44, 41:33)
Sebagai konsekuensi kefahaman dan keimanan seorang muslim yang terpelajar
Allah memberi balasan hanya kepada amal kita. Jadi meskipun ilmu kita setinggi langit, namun tidak diamalkan, percuma.
Ibnu Qoyyim pernah berteori tentang psikolog kognitif, beliau mengatakan “setiap hati kita akan jumpai lintasan atau pikiran dari melihat, mendengar, meraba, dll. Lalu dari situ termemorikan di otak. Jika lintasan itu sering lewat akan menjadi gagasan. Jika gagasan kuat dalam diri kita, maka akan menjadi keyakinan. Lalu bila keyakinan kuat, akan menjadi kemauan, sehingga kita akan melakukannya menjadi suatu tindakan. Dan bila sering dilakukan, maka akan menjadi kebiasaan, jika itu berlangsung lama akan menjadi watak. Jika sudah sampai yang akhir ini, maka akan susah dihilangkan.
Kemudian itu semua tidak cukup hanya untuk kita saja, sebisa mungkin untuk ditularkan atau mengajarkan atau menda’wahkan ilmu yang kita miliki ke orang-orng sekitar kita.

Shiroh Pemuda Pilihan

Kisah Ashabul Kahfi

Sikap tegas menolak paksaan dari  penguasa dzolim yang dilakukan oleh Raja Deqyanus memaksa para pemuda Ashabul Kahfi  agar bersedia mengikuti aliran kepercayaan menyembah sesembahan selain Alloh SWT. Para pemuda itu menolak dan berkata tegas “Tidak!”.  Sebagaimana dalam firman Alloh (artinya)
“Pada waktu mereka berdiri tegak (di hadapan raja yang dzolim) lalu mereka berkata : “Robb kami adalah Robb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyembah Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran (QS. Al Kahfi 18:14)
Para pemuda Ashabul Kahfi tersebut tidak bersedia mengikuti perintah raja yang dzolim, mereka tidak mengikuti kepercayaan untuk menyembah berhala yang dipaksakan penguasa, mereka tetap menyembah Alloh Yang Mahakuasa.

Kisah Ibrohim AS

Sikap kritis yang ditunjukkan Nabi Ibrohim AS terhadap adat yang terjadi secara turun temurun dari kaumnya. Seperti dikisahkan dalam Al Qur’an, Asy Syu’aro (26) :70-80 berikut (artinya):
“Ketika Ibrohim berkata kepada bapaknya dan kaumnya ‘Apakah yang kamu            sembah?’”
Kemudian kaumnya menjawab dengan tegas, walaupun dari suatu keyakinan yang salah.
“Mereka (kaumnya) menjawab : ‘Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa menyembahnya’”.
Dengan kritis Ibrohim AS menanyakan alasan (argumentasi mereka menyembah berhala dari segi kemanfaatan dan pengetahuannya).
“Berkata Ibrohim, ‘Apakah berhala-berhala itu mendengar (do’a)mu sewaktu kamu berdo’a (kepadanya) ? Atau dapatkan mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudhorot?’”
Ternyata dengan pertanyaan kritis seperti itu, mereka mengaku bahwa memang tidak ada pengetahuan atasnya.
“Mereka menjawab, ‘(Bukan karena itu) Sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian’”.
Kemudian Ibrohim AS memberikan penjelasan
“Ibrohim berkata, ‘Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu terdahulu ? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Robb semesta alam’”.
Kemudian Ibrohim menerangkan fungsi Robb semesta alam tersebut dengan perkataan :
“(yaitu Robb) Yang telah menciptakan aku, maka Dia-lah yang menunjuki aku, dan Robb-ku Dia-lah Yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan aku dan yang akan mematikanku kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Dia-lah Yang amat aku inginkan mengampuni kesalahanku pada hari qiyamah”
Begitulah sikap kritis yang ditunjukkan Nabi Ibrohim As yang beliau memberikan contoh untuk tidak menerima begitu saja kebiasaan (adat) yang terjadi di lingkungan sekitarnya apalagi menyangkut eksistensi Pencipta.

Kisah Ismail AS

Sikap ikhlas dan shobar yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrohim dan puteranya Ismail AS ketika diuji Alloh seperti yang dikisahkan dalam Al Qur’an Ash Shoffat (37) : 102
Ibrohim berkata (artinya)

“Wahai anakku (Ismail) sesungguhnya aku lihat dalam mimpi bahwa aku akan menyembelihmu, maka fikirkanlah apa yang engkau putuskan ?”

Nabi Ismail AS dengan tho’at kepada Alloh SWT, shobar dan ikhlas menerima ujian dan tantangan hidup tidak ragu untuk memberikan keputusan
“Wahai bapakku! Kerjakanlah apa yang engkau perintahkan! Insya Allah akan engkau dapati aku termasuk orang-orang yang shobar”

Kisah Yusuf AS

Sikap tegas dan berani mengambil resiko seperti yang ditunjukan oleh Nabi Yusuf AS merupakan hal yang patut dicontoh, ketika ia menolak godaan dan rayuan dari Istri Raja Mesir, Siti Zulaikha padahal kesempatan itu ada di depannya. Dalam Al Qur’an Suroh Yusuf (32) :12.
Saudaraku, jadilah air. Karena ia tidak pernah berhenti dalam bergerak. Ia senantiasa terus mengalir membasahi tempat-tempat yang rendah. Dan setiap tempat yang dilaluinya, sudah pasti akan ikut basah, lagi tanahnya menjadi subur dan baik bagi kehidupan. Walaupun kadangkala ia tertahan geraknya oleh tingginya halangan ataupun bendungan, serta terjal dan berlikunya jalan yang harus dilaluinya, lambat tapi pasti, ia akan melewati halangan itu dan kemudian terus dan terus mengalir sampai ke muara. Bahkan, sesekali ia memancar ke atas untuk keindahan, meluncur deras ke bawah untuk kekuatan, dan mengalir tenang untuk ketawadluannya.
Akan tetapi Saudaraku, janganlah engkau jadi air yang tidak pernah mengalir, yang hanya menggenang di satu tempat saja, dan tidak pernah ada aliran air baru yang masuk dan menggantikannya. Karena, air yang demikian ini, lama kelamaan akan kering menguap, bahkan menjadi sarang penyakit yang akan merusak dan menghancurkan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Na’udzubillah. Tsumma Na’udzubillah

Komentar