We Are The Future (Sosok Pelajar Idaman)
Karakteristik
Pelajar (Pemuda)
Dalam diri pemuda mempunyai karakteristik kritis,
dinamis, reaktif, kreatif dan inovatif. Selain itu juga pemuda mempunyai jiwa
yang relatif masih bersih dari polusi sekitar, karena mereka masih dalam proses
memilih dan memilah hati dirinya untuk cita-cita masa depannya. Hal tersebut
semua berpotensi ke arah kebenaran (keimanan) maupun ke arah kejahatan
(kebathilan), tergantung apa dan bagaimana sikap dia terhadap input yang masuk
padanya, serta di lingkungan mana dia dominan.
1. Kritis
Para
pemuda tidak mudah begitu saja menerima apa yang telah ada secara rutin terjadi
di sekelilingnya. Hal itu bisa terlihat dengan sikap kritisnya terhadap apa yang
terbiasa dilakukan generasi sebelumnya. Baik dengan cara mempertanyakan
mengapa dan bagaimana
hal itu terjadi ataupun dengan cara mengabaikannya sama sekali karena merasa
tidak memerlukannya.
Dan juga kecenderungan mereka terhadap sejarah, ada yang mensikapi sebagai berikut : bahan pengetahuan saja (sekedar memuaskan rasa ingin tahunya), mengambil pelajaran supaya tidak terulang (sejarah yang buruk) dan merubah/memperbaiki sejarah.
Dan juga kecenderungan mereka terhadap sejarah, ada yang mensikapi sebagai berikut : bahan pengetahuan saja (sekedar memuaskan rasa ingin tahunya), mengambil pelajaran supaya tidak terulang (sejarah yang buruk) dan merubah/memperbaiki sejarah.
2. Dinamis
Pemuda mempunyai sikap tidak
mau/betah terhadap kestatisan, kejumudan maupun kemapanan. Pemuda lebih suka
terhadap perubahan, baik itu perbaikan maupun penghancuran. Mereka senantiasa
ingin bergerak, mengalir laksana air tidak tinggal diam karena ditunjang oleh
emosi dan semangat dan bergelora.
3. Reaktif
Seperti
halnya teori aksi dan reaksi, para pemudalah yang mempunyai kepedilian (reaksi)
terhadap aksi yang terjadi pada lingkungan sekitarnya baik dalam arti positif
maupun dengan pengertian negatif.
Terhadap hal-hal yang bersifat ajakan, cegahan, pelanggaran maupun
dukungan, bahkan sebagai ujung tombak kepedulian. Ini terjadi karena secara
fisik masih kuat dan tingkat emosinya tinggi.
4. Kreatif dan inovatif
Disamping
itu pemuda senang pada sesuatu yang baru baik dari cara maupun isi, yang haq
maupun yang bathil, tergantung kecenderungan dirinya ke arah mana ia berjalan.
Mereka kreatif untuk mewujudkan konsep/kaidah-kaidah yang diyakininya, dan juga
daya inovasinya tinggi untuk memperbaiki kreasi-kreasi yang telah ada
sebelumnya. Mereka tidak kering dengan ide-ide segar untuk mewujudkan
konsep/kaidah yang diyakininya tersebut, baik itu bersifat positif maupun
negatif.
Karena
pemuda masih dalam proses memilah dan memilih mana yang baik untuk dirinya, maka
mereka terkadang plin-plan, kemana angin bertiup mereka ikut, (contoh : trend).
Daya seleksi mereka tergantung dari lingkungan yang berada di sekitarnya,
wawasan/pengetahuan yang dipunyainya, maupun kecenderungan moral yang biasa
dengannya. Akan tetapi ketika telah menjatuhkan pilihannya mereka akan tegas
mempertahankan keyakinannya. Mereka termasuk tahan banting terhadap resiko yang
dihadapi; ketika sudah memilah dan memilih apa yang ia yakini dan harus
diperjuangkannya.
Selain
itu dalam diri pemuda pula terdapat berbagai potensi yang pada usia
tersebut sedang klimaks, yaitu :
1. Hamasah
(semangat)
Dengan semangatnya Thomas Alfa Edison muda
berhasil membuat penemuan besar. Dan dengan semangat dan keberanian pula pemuda
masa lalu menggalang persatuan Nusantara dengan Sumpah Pemuda dan ngotot minta
Soeharto dan Hatt segera melakukan Proklamasi. Begitu pula ketika Reformasi 28
Mei 1998.
2. Quwwatul Jasad (kuat
fisiknya)
3. Qolban Saliman (masih bersih hatinya)
Pemuda adalah sosok yang polos, jujur,
jernih dan tajam nuraninya, belum terlalu banyak dikotori oleh ambisi dan
pikiran-pikiran culas. Sehingga jujur
dalam menyatakan kebenaran dan mengkritik
kebathilan.
4. Aqlan Dzakkiyan (cerdas
akalnya)
Usia pemuda (pelajar) adalah usia yang
sangat tepat untuk mempelajari segala ilmu penetahuan. Pada usia ini ingatan
seseorang masih kuat, pikiran masih tajam, kreatif, dan inovatif. Maka benarlah
jika ada pepatah mengatakan, Belajar di masa muda bagai melukis di atas batu,
belajar di masa tua bagai melukis di atas air.
Kondisi dan Lingkungan Pemuda
Jika
kita memandang pada kondisi yang ada dewasa ini, di tengah derasnya arus
globalisasi dan informasi, terlihat bahwa para pemuda tidak terarah pada tugas
dan tanggung jawab yang ada pada pundaknya sebagai generasi yang kelak akan
melanjutkan kehidupan masa depan, seharusnya selektif dan teliti terhadap arah
dan dampak dari arus globalisasi tersebut.
Perhatian
sebagian pemuda saat ini sudah tidak berorientasi kepada suatu usaha untuk
menciptakan kondisi masyarakat yang mengindahkan kebenaran dan kebaikan, baik
karena kondisi pribadi maupun karena rekayasa. Hal tersebut tidak hanya melanda
pemuda-pemudi non muslim tapi juga sangat berdapak pada pola hidup pemuda-pemudi
muslim.
Fenomena
ini sangat gamblang terlihat pada saat kita menyaksikan betapa antusiasnya
pemuda-pemudi muslim untuk hadir dalam setiap acara-acara yang jelas merupakan
usaha untuk menjauhkan umat muslim dari pola hidup Islami.
Saat ini generasi muda disibukkan
dengan film-film amoral, cerpen percintaan (picisan), pornografi (film, gambar,
bacaan, pakaian, internet, dll), lagu-lagu yang melalaikan, frustasi, dan
cengeng. Mengagumi artis yang berpenampilan glamour dan bermoral bejad, pecandu
makanan/minuman terlarang. Dan kondisi-kondisi lain yang menipu, maupun
penipuan-penipuan yang dilakukan secara sistematis dan
terselubung.
Tema-tema remaja yang berisikan
tentang sex, song, sport terasa mempunyai daya magnet tersendiri terhadap
kehidupan remaja, tanpa terasa pemuda muslim berkerumum di sekelilingnya, tak
ubahnya seperti laron-laron yang berkerumum di lampu neon yang sebenarnya justru
membahayakan dirinya.
Kita harus sadar bahwa sebagian dari
kita tertipu oleh lingkungan yang hanya terlihat secara lahir saja tetapi di
dalamnya banyak hal yang melalaikan bahkan bejad.
Penyelewengan melanda di sekitar
kita, termasuk pada keindahan/seni, fun, dan sport (olah raga) yang
diselewengkan. Memang kita harus akui bahwa seni merupakan bagian dari keindahan
atau justru keindahan itu adalah seni.
Hasil
karya apapun, aspek keindahan/estetika/seni menjadi penentu dalam hal
kesempurnaannya. Akan tetapi dunia seni sekarang bermakna rancu, dengan slogan
“seni untuk seni” dijadikan alat bagi para seniman untuk berkelit dari seni-seni
amoral. Misal : eksploitasi wanita telanjang sebagai obyek seni, tari-tarian
erostis, syair-syair yang merangsang birahi, atau bahkan merongrong ke-Esaan
Alloh SWT.
Kita
juga bisa melihat kepada aspek sport yang kita terasa ternyata adalah media
pamer aurot yang sebenarnya dengan pakaian layak pun tidak mengurangi
keleluasaan bergerak.
Juga
dalam bidang sosial, penyelewengan anti kebebasan dan sebuah kebinalan,
pelestarian kebudayaan sebagai bungkus dari pelestarian norma-norma anti agama,
dan penyelewengan ke-Maha Esaan Alloh SWT (kemusyrikan).
Dan
juga penyelwengan bahasa, dari kata “demi kepentingan orang banyak” sebagai
ganti kata keserakahan, kekuasaan untuk dirinya dan lain
sebagainya.
Dalam
kondisi pintu kejahatan (kebathilan) terbuka lebar dan kebenaran (keimanan)
tertutupi kabut seperti itulah, para pemuda muslim hidup di lingkungan
sekitarnya.
Bagaimana Pemuda Muslim Bersikap
Dengan
karakteristik kepemudaan yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya dan dengan
tantangan kondisi dan lingkungan yang dihadapi oleh kita para pemuda muslim,
maka selayaknyalah kita mawas diri terhadap sisi maka kita akan
berpihak.
Pemuda Sebagai Generasi Penerus
Setiap
keyakinan, setiap pola hidup, setiap konsepsi, setiap budaya selalu berkeinginan
untuk terus menerus senantiasa hidup. Keinginan ini akan tampak dalam bentuk
kekhawatiran generasi tua, apakah nilai-nilai yang mereka miliki akan diwarisi
oleh generasi mudanya. Berkaitan dengan pewarisan nilai-nilai tersebut, maka
pemuda akan menolak jika yang diwariskan itu nilai-nilai yang bertentangan
dengan nilai keimanan dan keislaman. Sebagaimana Ibrohim menolak untuk menyembah
berhala buatan ayahnya.
Ingatlah
ketika Ibrohim berkata kepada Bapaknya, “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah
sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong
sedikitpun ?” (QS.
Maryam (19):42)
Ibrohim
mengetahui bagaimana membuat berhala, ia juga tahu motivasi ayahnya membuat
berhala semata-mata hanya motivasi ekonomi, dan Ibrohim tahu persis mengapa
Namruz mengajarkan penyembahan berhala kepada kaumnya.
Pemuda Sebagai Generasi Pengganti
Dalam
setiap perubahan yang ada di dunia ini selalu diawali dan digerakkan oleh para
pemuda. Perubahan bisa menjurus ke arah kebenaran (keimanan) dan kesesatan.
Islam memang memandang pemuda sebagai manusia yang penuh tanggung jawab yang
harus melakukan perubahan ke arah kebenaran. Jika pada kenyataannya para pemuda
tidak melakukan perubahan ke arah kebenaran, maka Alloh akan mendatangkan
pemuda-pemuda lainnya yang lebih baik dengan kriteria sebagai berikut : (QS. An
Nisaa 4:54)
- Alloh
cinta kepada mereka, mereka pun mencintai Alloh
- Bersikap
lembut terhadap sesama muslim dan bersikap keras kepada orang
kafir
- Tidak
takut celaan orang-orang yang mencela
Pemuda Sebagai Generasi Pembaharu
Secara fithroh, orang-orang yang
lemah akan mencari perlindungan kepada yang lebih kuat. Yang tergolong kepada
orang-orang yang lemah antara lain : orang tua, wanita, dan anak-anak. Dan tentu
saja kepada pemuda, yang diharapkan untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk
menjadi seorang pemimpin, pemuda harus mempunyai beberapa persyaratan sebagai
berikut :
- Keyakinan (Aqidah) yang Benar
Artinya bahwa para pemuda yang diharapkan
menjadi generasi pembaharu (memperbaiki generasi sebelumnya) haruslah pemuda
yang menjatuhkan pilihannya kepada keyakinan (aqidah) yang benar, yaitu aqidah
Islamiyyah.
“Katakanlah,
sesungguhnya sholatku, ibadahku (pengabdianku), hidupku dan matiku hanyalah
untuk Alloh Robb semesta alam”
(QS. Al An’am (6) : 162)
“Janganlah
kamu bersikap lemah dan janganlah kamu bersedih hati, padahalkamu adalah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu benar-benar orang yang
beriman
(QS. Ali Imran (3) :139)
dengan
aqidah (keyakinan) itulah para pemuda menjadikan titik tolak segala tingkah laku
dan perbuatannya, arah perjuangannya dan pengorbanan dari resiko yang akan
dihadapinya.
- Pemikiran yang Cemerlang
(wadhih)
Selain dari keyakinan, kematangan
operasionalnya pun harus dipersiapkan. Yaitu dengan pola pikir yang cemerlang,
jelas berwawasan ke masa depan, terutama ukhrowi dan juga dunia. Sehingga dengan
demikian dapat memilah antara pemikiran kebenaran (keimanan) dengan alam
pemikiran kejahatan (kebathilan). Jadi nilai-nilai yang haq dan yang bathil
jelas terlihat di hadapannya, dan ia dapat mensikapinya bukan
mencapuradukkannya.
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang
haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedangkan
kamu mengetahui” (QS.
Al Baqoroh (2) : 42)
Tidak
juga mensikapi nilai, hanya sekedar mengikutinya tanpa pengetahuan, dan tidak
pula dengan mendiamkannya sebagai konsep belaka tanpa membudayakan
pengalamannya. Karena aspek nilai harus ditunjang oleh budaya/lingkungan dan
juga ilmu.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya”
(QS. Al Isro’ (17) :36)
Sedangkan
budaya tidak akan timbul jika tidak ada orang-orang yang memelopori
pengamalannya.
Nilai
tanpa budaya yang melingkupinya akan terjadi standar ganda terhadap nilai itu
sendiri. Baik dengan pengamatan yang hanya sepotong-potong, ataupun akibat
ketidakberdayaan kepada kondisi lingkungan yang dihadapi akan terjadi akulturasi
nilai-nilai Islam.
- Akhlaq yang terpuji
Pembaharu tidak akan memperbaiki keadaan
jika akhlaq yang dibawanya atau dilakukannya bertentangan dengan yang aqidah
diyakininya. Oleh karena akhlaq merupakan modal yang cukup penting untuk
mewujudkan nilai-nilai al-Haq (Islam)
Seseorang
yang sudah berinteraksi dengan nilai-nilai Islam haruslah mempunyai kepribadian
yang Islami. Seperti halnya akhlaq Rosululloh SAW yang merupakan contoh teladan
bagi generasi muslim bahwa sistem hidup ajaran Islam yang utuh dapat diamalkan
oleh manusia biasa.
- Jasad (Fisik) yang Kuat
Selain faktor-faktor tersebut di atas,
tentunya tidak akan berdiri kuat jika tidak ditopang oleh badan yang sehat,
fisik yang kuat. Karena kelemahan fisik akan banyak mempengaruhi lancar tidaknya
kegiatan yang dilakukan.
“Mu’min
yang kuat lebih dicintai Alloh daripada mu’min yang lemah”
(Al Hadits)
Oleh
karenanya Rosululloh SAW menganjurkan untuk berolah raga, yaitu olah raga
berenang, berkuda (mengendari kendaraan), dan memanah (ketangkasan
alat),
Di
samping untuk menyehatkan fisik juga untuk membiasakan tangkas terhadap alat,
perkakas maupun teknologi, juga terlatih untuk mengendarai kendaraan.
Pemuda
dengan segala potensi dan peranan yang diembannya membutuhkan suatu pendidikan
dan pembinaan yang mengantarkan mereka kepada pemuda yang berjiwa militan, kuat
dan shobar untuk merentas jalan da’wah yang berliku ini guna menegakkan Islam.
Sehingga sosok syakhsiyyah islamiyyah yang mantap itu dapat senantiasa harum dan
menjadi contoh baik kepada generasi berikutnya, amal sholih yang pahalanya
mengalir sepanjang masa. Insya Alloh.
Peran dan Posisi Pelajar Muslim
Dengan
segala kelebihan potensi tersebut kita pelajar muslim memiliki peran dan posisi
yang strategis yang harus dimainkan, yaitu :
1. Iron
Stock (Cadangan
Masa Depan)
2. Agent
of Change
(Pelopor Perubahan)
Di tangan pemudalah berbagai
perubahan terjadi, dari kemerdekaan bangsa pembangunan negara hingga kemerosotan moral, adalah pemuda yang
paling banyak memiliki peran. Pemuda dengan segenap potensinya bisa jadi
peloporan perbaikan umat yang hebat tetap bisa juga menjadi dedengkot
penghancuran umat yang dahsyat. Tinggal kita sendiri yang akan menentukan
pilihan yang positif atau negatif baik atau buruk, taqwa atau jujur. Maka jangan
heran kalau di satu sisi banyak bertebaran da’I muda tetapi di sisi lain banyak
sekali pemabuk remaja.
Tugas Pelajar Muslim
Untuk
dapat berperan dalam posisinya secara benar, tentu saja pelajar muslim harus
mempersiapkan diri hal-hal yang harus dipersiapkan, itulah yang menjadi tugas
seorang pelajar muslim :
1. Belajar dan menguasai IPTEK
Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.
(Al Hadits).
Hal ini merupakan
konsekuensi kita seorang pelajar. Belajar di sini dalam arti seluas-luasnya,
maksudnya bukan aktivitas duduk di depan meja, tenang, baca buku malam hari,
atau jika perlu sampai pagi hari. Itu pengertian belajar yang sangat sempit
sekali. Tujuan belajar itu adalah ilmu bertambah dan paham akan ilmu tersebut.
Dengan kata lain, hakikat hidup ini adalah belajar. Mempelajari segala sesuatu
yang ada di dalam dan di luar langit dan bumi ini untuk dikembangkan dan diambil
mashlahat dan manfaatnya. Sebagaimana firman Allah
Sesungguhnya
di dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS.Ali
Imran (3) :190)
2. Belajar dan Memahami Islam (QS. 3:18, 35:28,
58:11)
Sebagai
konsekuensi kita seorang muslim.
Pada
dasarnya setiap manusia yang dilahirkan adalah fithrah (Islam), maka ia adalah
seorang muslim. Dan konsekuensinya dia harus paham dengan apa yang dianutnya.
Dengan demikian manusia harus belajar apa itu Islam dan apa saja yang
dikandungnya, yaitu dengan mempelajari Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Karena Islam
memandang, bahwa umat Islam akan mengalami kemajuan dan kesuksesan, manakala
umat Islam senantiasa merujuk Al Qur’an dan Sunnah Rosul dalam setiap tingkah
laku di segala aspek kehidupan. Dan sebaliknya, seorang muslim akan mengalami
kemunduran dan kehancuran ketika ia telah meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah
Rosul sebagai pedoman hidupnya.
3. Mengimani Segenap Ajaran Islam (QS. 24:51,
2:165, 3:31, 53:3-4)
Sebagai
konsekuensi sebagai seorang muslim yang terpelajar
Tidak
sekedar paham Islam saja, karena pahan itu tempatnya di otak dan itu semua butuh
diyakini.
4. Mengamalkan dan menda’wahkan Islam (QS.
103:1-3, 3:110, 2:44, 41:33)
Sebagai
konsekuensi kefahaman dan keimanan seorang muslim yang
terpelajar
Allah
memberi balasan hanya kepada amal kita. Jadi meskipun ilmu kita setinggi langit,
namun tidak diamalkan, percuma.
Ibnu
Qoyyim pernah berteori tentang psikolog kognitif, beliau mengatakan “setiap hati
kita akan jumpai lintasan atau pikiran dari melihat, mendengar, meraba, dll.
Lalu dari situ termemorikan di otak. Jika lintasan itu sering lewat akan menjadi
gagasan. Jika gagasan kuat dalam diri kita, maka akan menjadi keyakinan. Lalu
bila keyakinan kuat, akan menjadi kemauan, sehingga kita akan melakukannya
menjadi suatu tindakan. Dan bila sering dilakukan, maka akan menjadi kebiasaan,
jika itu berlangsung lama akan menjadi watak. Jika sudah sampai yang akhir ini,
maka akan susah dihilangkan.
Kemudian
itu semua tidak cukup hanya untuk kita saja, sebisa mungkin untuk ditularkan
atau mengajarkan atau menda’wahkan ilmu yang kita miliki ke orang-orng sekitar
kita.
Shiroh Pemuda Pilihan
Kisah Ashabul Kahfi
Sikap
tegas menolak paksaan dari penguasa
dzolim yang dilakukan oleh Raja Deqyanus memaksa para pemuda Ashabul
Kahfi agar bersedia mengikuti aliran
kepercayaan menyembah sesembahan selain Alloh SWT. Para pemuda itu menolak dan
berkata tegas “Tidak!”. Sebagaimana
dalam firman Alloh (artinya)
“Pada
waktu mereka berdiri tegak (di hadapan raja yang dzolim) lalu mereka berkata :
“Robb kami adalah Robb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyembah Ilah
selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang
amat jauh dari kebenaran
(QS. Al Kahfi 18:14)
Para
pemuda Ashabul Kahfi tersebut tidak bersedia mengikuti perintah raja yang
dzolim, mereka tidak mengikuti kepercayaan untuk menyembah berhala yang
dipaksakan penguasa, mereka tetap menyembah Alloh Yang
Mahakuasa.
Kisah Ibrohim AS
Sikap
kritis yang ditunjukkan Nabi Ibrohim AS terhadap adat yang terjadi secara turun
temurun dari kaumnya. Seperti dikisahkan dalam Al Qur’an, Asy Syu’aro (26)
:70-80 berikut (artinya):
“Ketika
Ibrohim berkata kepada bapaknya dan kaumnya ‘Apakah yang kamu sembah?’”
Kemudian
kaumnya menjawab dengan tegas, walaupun dari suatu keyakinan yang
salah.
“Mereka (kaumnya) menjawab : ‘Kami menyembah
berhala-berhala dan kami senantiasa menyembahnya’”.
Dengan
kritis Ibrohim AS menanyakan alasan (argumentasi mereka menyembah berhala dari
segi kemanfaatan dan pengetahuannya).
“Berkata
Ibrohim,
‘Apakah berhala-berhala itu mendengar (do’a)mu sewaktu kamu berdo’a
(kepadanya) ? Atau dapatkan mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi
mudhorot?’”
Ternyata
dengan pertanyaan kritis seperti itu, mereka mengaku bahwa memang tidak ada
pengetahuan atasnya.
“Mereka
menjawab, ‘(Bukan karena itu) Sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami
berbuat demikian’”.
Kemudian
Ibrohim AS memberikan penjelasan
“Ibrohim
berkata, ‘Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu
dan nenek moyang kamu terdahulu ? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu
adalah musuhku, kecuali Robb semesta alam’”.
Kemudian
Ibrohim menerangkan fungsi Robb semesta alam tersebut dengan perkataan
:
“(yaitu Robb) Yang telah menciptakan aku,
maka Dia-lah yang menunjuki aku, dan Robb-ku Dia-lah Yang memberi makan dan
minum kepadaku, dan apabila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan aku dan yang
akan mematikanku kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Dia-lah Yang amat
aku inginkan mengampuni kesalahanku pada hari qiyamah”
Begitulah
sikap kritis yang ditunjukkan Nabi Ibrohim As yang beliau memberikan contoh
untuk tidak menerima begitu saja kebiasaan (adat) yang terjadi di lingkungan
sekitarnya apalagi menyangkut eksistensi Pencipta.
Kisah Ismail AS
Sikap
ikhlas dan shobar yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrohim dan puteranya Ismail AS
ketika diuji Alloh seperti yang dikisahkan dalam Al Qur’an Ash Shoffat (37) :
102
Ibrohim
berkata (artinya)
“Wahai anakku (Ismail) sesungguhnya aku lihat dalam mimpi bahwa aku akan menyembelihmu, maka fikirkanlah apa yang engkau putuskan ?”
Nabi
Ismail AS dengan tho’at kepada Alloh SWT, shobar dan ikhlas menerima ujian dan
tantangan hidup tidak ragu untuk memberikan keputusan
“Wahai bapakku! Kerjakanlah apa yang engkau
perintahkan! Insya Allah akan engkau dapati aku termasuk orang-orang yang
shobar”
Kisah Yusuf AS
Sikap
tegas dan berani mengambil resiko seperti yang ditunjukan oleh Nabi Yusuf AS
merupakan hal yang patut dicontoh, ketika ia menolak godaan dan rayuan dari
Istri Raja Mesir, Siti Zulaikha padahal kesempatan itu ada di depannya. Dalam Al
Qur’an Suroh Yusuf (32) :12.
Saudaraku, jadilah air. Karena
ia tidak pernah berhenti dalam bergerak. Ia senantiasa terus mengalir membasahi
tempat-tempat yang rendah. Dan setiap tempat yang dilaluinya, sudah pasti akan
ikut basah, lagi tanahnya menjadi subur dan baik bagi kehidupan. Walaupun
kadangkala ia tertahan geraknya oleh tingginya halangan ataupun bendungan, serta
terjal dan berlikunya jalan yang harus dilaluinya, lambat tapi pasti, ia akan
melewati halangan itu dan kemudian terus dan terus mengalir sampai ke muara.
Bahkan, sesekali ia memancar ke atas untuk keindahan, meluncur deras ke bawah
untuk kekuatan, dan mengalir tenang untuk ketawadluannya.
Akan
tetapi Saudaraku, janganlah engkau jadi air yang tidak pernah mengalir, yang
hanya menggenang di satu tempat saja, dan tidak pernah ada aliran air baru yang
masuk dan menggantikannya. Karena, air yang demikian ini, lama kelamaan akan
kering menguap, bahkan menjadi sarang penyakit yang akan merusak dan
menghancurkan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Na’udzubillah. Tsumma
Na’udzubillah
Komentar
Posting Komentar