Namaku Atikah

Namaku Atikah
7 Februari 2013 pukul 14:51
Assalamu'alaikum

Sahabat, semoga keharmonisan meliputi kita semua, walaupun akhir-akhir ini agak jarang berkomunikasi, namun yakinlah kita tetap berkomunikasi dalam doa-doa yang selalu kita panjatkan, buktinya, berkat doa kalian semua dipermudahlah kelahiran puteri pertama kami, yang alhamdulillah dalam keadaan sehat. Ternyata puteri kami juga tak sabar ingin menyapa kalian semua, bolehla catatan ini sebagai bentuk sapaan sayang puteri kami untuk kalian semua. Doakan biar ia cepat besar, supaya cepat belajar mengucapkan panggilan sayang untuk kalian semua: 'Bou', 'Tulang', 'Ujing', 'uwak', 'Bapak Muda', 'Paman', 'Bibi'. Teriring salam juga buat putera-puteri kalian, salam sayang.


Pontianak, 3 Februari 2013

Namaku Atikah, lengkapnya Atikah Nibunga Parlindungan, kata Ummi (Oh iya aku memanggilnya ummi, kata ummi itu panggilan di syurga), itu nama yang paling hebat yang pernah Ummi dengar, nenek juga berkata begitu, dan itu nama yang Ayah berikan padaku.  Hebatnya lagi, nama itu sudah ayah siapkan sebelum  aku nempel di rahim ummi. Artinya, ayah dari awal ingin anak perempuan, karena ummi bilang ayah sangat berharap dapat berkah memiliki anak perempuan. Aku lahir di Pontianak tanggal tiga satu bulan satu dua ribu tiga belas pukul dua satu tiga puluh kalender syamsiah atau dua puluh rabiul awal seribu empat ratus tiga puluh empat hijriah kalender qomariah. Hari ini usiaku baru tiga hari dan hari pertama di rumah, aku sudah paksa ayah untuk menuliskan ini (kata ummi ayah letih, tapi biar jak, hehe).

Sedari awal, perihal nama itu yang bikin ummi sibuk, mabuk penasaran mencari tahu, bukan apa, karena setiap nama yang ummi usulkan selalu ayah tolak, ummi sebenarnya bukan menolak nama ATIKAH, tapi ummi ingin disandarkan dengan salah satu nama bunga, kira-kira begini rekaman percakapan ummi dan ayah, aku juga ikut walaupun masih dalam perut ummi, :

Ummi : “yah, jasmine kan nama yang bagus..”
Ayah  : “ndak..”
Aku    : “setuju dengan ayah, ndak mau jasmine”
Ummi : “melati”
Ayah  : “ndak”
Aku    : “ummi, mi, itu kan sama, jasmine ya melati”
Ummi : “Puspa”
Ayah  : “ndak”
Ummi : “Andriani”
Ayah  : “mmmm,,,ndak”
Aku    : “hehe,,,aku senyum-senyum seorang dalam rahim ummi”

Ummi belum menyerah, besoknya lagi “Malika Jasmine”, “ndak”, “Malika”, “ndak”, “JASMINE jak”, “ndak”, Ummi pakai sms, “yah JASMINE ya..”, ayah tak balas-balas sms ummi. Begitulah ummi tetap memikirkan sebuah nama untukku dan ayah tetap berangkat kerja seperti biasanya, dan ayah makin lama pulang kerja tiap bulannya, berita baiknya ayah makin sering tulis surat untukku saat usiaku baru lima bulan dalam kandungan, yang ummi selalu bacakan untukku, dan ummi selalu cemburu dengan tulisan-tulisan itu, hehehe, aku-kan putri kesayangan ayah.
Dari tulisan-tulisan yang ummi bacakan itulah aku tahu beberapa hal, yang pertama, sudah keputusan ayah lah aku dilahirkan di Pontianak, dan ummi juga setuju, kota yang beribu mil jauhnya dari kota kelahiran ayah dan ummi. Kota yang amat disukai ummi, aku pikir kalau ummi suka, aku juga pasti suka kelak. Kota yang unik, kata ayah tak ada kota di dunia ini yang dinamai pendirinya dengan nama musuhnya, menurut dongengnya begitu, jadi ketika pendiri kota ini bertempur berhari-hari, bermalam-malam, melawan sekumpulan ponti (kuntilanak), akhirnya berhasil diusir, ia ukirlah nama kota ini di tepi sungai Kapuas, PONTIANAK. Hebat benar, kata ayah, itu tanda pendiri kota ini baik budinya, pemaaf dan pemurah.

Tentu yang kedua perihal nama-ku, ummi cerita, ATIKAH secara bahasa berarti perempuan yang pemurah hatinya, baik budi, sama seperti pendiri kota ini, tapi alasan sebenarnya, nama itu di ambil dari nama sebuah tempat, tempat yang sangat berarti bagi ayah dan ummi, karena itu pula-lah aku paksa ayah menuliskan ini. ATIKAH, yap, itu nama sebuah asrama sekolah, sekolah yang benar-benar mempengaruhi kehidupan ayah, sekolah cinta, sekolah persahabatan, sekolah persaudaraan, yang didalamnya ayah belajar banyak hal selama enam tahun. Di sekolah itu-lah ada dua asrama untuk anak putri, yang di beri nama MUTI’AH dan ATIKAH, kata ummi, menurut ayah, itu adalah tempat persinggahan bidadari-bidadari syurga yang turun ke bumi. Wah hebat benar, aku rasanya ingin jadi penghuni asrama itu, menjadi salah satu bidadari syurga. Dan ummi sering bertanya banyak hal tentang tempat itu pada ayah, termasuk perihal nama Asrama itu. Ayah bilang Muti’ah dan Atikah diambil dari nama perempuan-perempuan yang mulia di zaman Rosulullah, Mutiah adalah istri yang paling setia dan taat pada suami, sampai-sampai Fatimah putri Nabi penasaran jauh-jauh mendatangi rumah Muti’ah. Atikah juga begitu, muslimah shaliha sampai-sampai diberi gelar Istri para Syuhada. Subahanalloh, ummi semakin penasaran, ummi makin sibuk mencari tahu siapa itu Atikah, di gramed, di google, di toko-toko buku islami, di setiap pesan-pesan singkat yang ummi anggap nara sumber. Tahu banyaklah ummi, dialah Atikah binti Zaid yang terkenal dengan kefasihannya, cantik rupawan, kelembutan perasaan, ketajaman hati, kesucian jiwa, serta kemampuan bersyairnya. Istri Abdullah bin Abu Bakar, Istri Umar bin Khattab, Istri Zubair bin Awwam, Istri Husain bin Ali, yang kesemuanya orang-orang mulia, para syuhada.

Tak hanya selesai di situ, dan ini yang ketiga, nama tengah aku memliliki banyak pengertian, aku dan ummi semakin asyik mendengar penjelasan ayah, NIBUNGA ayah ambil dari kata NIBUNG-a, kayu Nibung (sebenarnya semarga palem-paleman) merupakan tumbuhan khas daerah rawa sungai, yang kokoh di luar dan berduri sebagai perisai, yang indah di dalamnya, seratnya mengkilap, cantik luar biasa. Benarlah, ummi kembali ke mbah google, ummi copikan foto-fotonya, semakin takjublah ummi, Nibung sudah menjadi khas di kota Pontianak, Nibunglah yang menopang ratusan bahkan ribuan rumah di sepanjang sungai Kapuas, kanan kiri, semakin terendam semakin kuat ia, semakin besar beban semakin kokoh serat-seratnya, saksi bisu penopang hidup pinggiran sungai Kapuas. Di sisi lain ummi juga semakin paham, ATIKAH NI-Bunga, merujuk tempat para bidadari itu (NI, inisial nama sekolah ayah), Bunga-nya berarti  hadiah buat ummi yang selalu ngotot dengan nama bunga, hehe. NIBUNGA PARLINDUNGAN, selain tentang Nibung itu juga menunjukkan (dalam tata bahasa batak yang salah) bunga milik Parlindungan, lebih khusus lagi berarti anak perempuan dari Parlindungan, yaitu Ayah, karena Parlindungan itu nama ayah. Jelaslah bagiku, ayah telah menitipkan SEJARAH, KARAKTER, SOSIAL, CINTA pada namaku, yang rasanya aku ingin cepat besar lalu memeluk erat ayah. Dan bagi ummi itu nama final buat-ku, nama yang terhebat yang pernah ummi tahu, tak ummi pikirkan lagi ‘Jasmine’, ‘Malika’, ataupun ‘Puspa’.

Terakhir dari tulisan-tulisan ayah yang ummi bacakan, aku tahu harapan satu-satu-nya ayah, yang ayah bisikkan kembali ke telingaku setelah selesai meng-azan-i dan iqomat, :

“Putriku, tak jadi soal engkau mau jadi apa kelak, yang penting Sholiha, lebih baik dari ayah dan ummi, yang akan selalu mendoakan ayah dan ummi, sebagai pengurang dosa-dosa dan menjadi amal yang tak putus-putus ketika ayah dan ummi telah tiada”.

Aku jawab dengan tangisan, “oooeee. Oowee, ouuweee”.



Salam Sayang


Atikah Nibunga Parlindungan


by: Abdul Azis Parlindungan Siregar, S.Hut
(sepupuku-teman sekolah SD-SMA) https://www.facebook.com/notes/abdul-azis-parlindungan/namaku-atikah/10151436383588738

Komentar